“Kebijakan Ekonomi Jokowi untuk Gagah-gagahan Saja, Padahal Kemiskinan Meningkat Terus”


Pengamat politik Muhammad Huda menilainya kebijakan Presiden Joko Widodo masalah perekonomian cuma sisi dari sikap ‘gagah-gagahan’, walau sebenarnya merugikan rakyat kecil. 

“Kemiskinan bertambah disebabkan naiknya BBM serta hal ini mengakibatkan tidak ada daya beli. Kebijakan Jokowi ini salah, serta gagah-gagahan saja, walau sebenarnya merugikan rakyat kecil, ” tegas Muhammad Huda pada intelijen (16/09), menanggapi rilis data Tubuh Pusat Statistik (BPS) yang tunjukkan bahwa kemiskinan di masa Pemerintahan Jokowi bertambah tajam. 

Menurut Huda, Jokowi mesti mempersiapkan kiat yang pas untuk menangani gejolak ekonomi. “BPS telah keluarkan data, belum lagi ditambah ada PHK besar-besaran. Jokowi janganlah terlalu bicara yang tidak-tidak, ” kata Huda. 

Kata Huda, bekas Wali Kota Solo itu terus-terusan ‘memamerkan diri’ bahwa sudah bekerja dengan baik. Satu diantaranya dengan mengundang beberapa ahli ekonomi, komunitas rektor, serta dekan ekonomi. “Media selalu memberitakan seakan-akan Jokowi minta pendapat beberapa ahli untuk menangani permasalahan ekonomi. Habibie, Soeharto ataupun SBY tidak pernah demikian. Mereka tim kecil yang bekerja siang malam untuk pikirkan menangani permasalahan ekonomi. Jokowi yang terlihat itu cuma kerjanya, namun akhirnya masih tetap 0 besar, ” kritik Huda. 

Huda menyampaikan, Jokowi itu sesungguhnya telah mempunyai tim penasehat ekonomi di Wantimpres. “Di Wantimpres ada Sri Adiningsih pakar ekonomi dari UGM. Tidak butuh mengundang yang lain. Khan ilmunya mereka sama, satu guru satu ilmu, ” terang Huda. 

Sebelumnya, BPS mencatat, kenaikan jumlah masyarakat miskin meraih 0, 26 % pada Maret 2015. Inflasi serta pelambanan ekonomi jadi penyebab penambahan jumlah masyarakat miskin itu. 

Kepala BPS Suryamin menyampaikan, jumlah masyarakat miskin pada Maret 2015 jadi 28, 59 juta masyarakat atau seputar 11, 22 % dari keseluruhan masyarakat Indonesia. Jumlah ini naik dibanding periode September 2014. 

Suryamin menuturkan, inflasi jadi salah satu penyebab menambahkan jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Mulai sejak September 2014 sampai Maret 2015 berlangsung inflasi sebesar 4, 03 %. Kenaikan harga kebutuhan pokok juga pengaruhi penambahan masyarakat miskin. “Kenaikan BBM, beras, sampai rokok jadi penyebab menambahkan jumlah masyarakat miskin, ” katanya. 

Red
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar:

  1. masih pada mimpi jokuwi mampu jd presiden ??banguunn banguuuunnn . .

    BalasHapus