Ahok Dibenci Karena "Menghancurkan" Budaya Orang Jakarta?


Tiba-tiba terlihat suatu video amatiran dari negeri kincir angin Belanda, segerombolan ibu-ibu menyambut hadirnya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dengan kata lain Ahok ketika berkunjung di negara itu. Bunga-bunga mawar bertaburan serta jeritan ibu-ibu yang histeris bak menyambut sang artis sinetron serta sekalian berfoto ria serta selfie disana. Sampai hari ini Ahok tersohor di mana-mana, bahkan seseorang ibu di San Francisco berkata, seandainya beliau berkunjung kesini, pasti saya dapat jemput pak Ahok di Airport walau sesibuk apapun. 

Kenapa mereka begitu mengagung-agungkan Ahok? Apakah mereka pasukan nasi bungkus? Pasti terang bukan? Apakah mereka mempunyai KTP Jakarta? Tidak seluruhnya juga....? Selanjutnya mengapa? Padahal seandainya kita coba menelusuri lebih lanjut, kinerja Ahok ternyata malah " menghancurkan " sebagian budaya atau rutinitas beberapa orang di Jakarta. Mari kita coba saksikan bersama buktinya : 

1. Beberapa besar orang Jakarta (tidak semuanya) mempunyai sejenis budaya yang sejak masa dulu yaitu buang sampah di sembarang tempat, termasuk juga ke sungai-sungai, itu penyebab jadi tak heran sungai-sungai di Jakarta jadi mampet serta penuh dengan sampah, dari mulai kantong kresek sampai botol-botol minuman. Itu sebabnya jadi seandainya musim hujan, terjadi kebanjiran disana-sini. Ahok akan membuat satu sikap cinta Jakarta, ramah lingkungan, ramah pada kota serta kebersihannya. 

Ahok bekerja bersama dengan TNI serta orang-orang bersihkan sampah-sampah yang sampai kini bertumpuk di sungai. Berbulan-bulan mereka kerjakan tanpa ada berhenti, dengan semangat serta rasa cinta tanah air tentu, akhirnya bisa terlihat, sungai jadi begitu bersih, airnya tidak lagi keruh namun jadi bening seperti kaca yang ada bayang panorama gedung-gedung bertingkat serta pohon-pohon. Sesungguhnya dari fotonya saja penulis tidak begitu yakin bahwa photo itu yaitu kota Jakarta, mungkin saja saja dapat direkayasa, itu penyebab penulis bertekad satu hari memperoleh peluang melihat sendiri serta selfie ria dan bagikan buat beberapa pembaca yang tidak berkesempatan ke Jakarta. 

2. Cara kerja instan menempa serta menjamur di Indonesia serta termasuk di Jakarta, kebanyakan orang maunya mudah serta cepat, tanpa ada butuh bersusah-payah, bila perlu membayar dengan duit seandainya memperoleh hasil yang cepat tanpa ada menunggu-nunggu. Itu sebabnya di mana-mana muncul calo mengambiil peluang, ditempat pembuatan pasport (kantor Imigrasi) orang tidak ingin antri, maunya datang paling akhir serta memperoleh hasil duluan. Bila ada calo yang menawarkan pertolongan, jadi secepatnya memperoleh tanggapan, jika memang perlu memotong antrian orang lain. SIM didapat tanpa ada ujian, bahkan juga yang tidak cukup usia dapat juga kongkalikong memperolehnya, maka dari itu tidak heran ada anak-anak belum cukup usia telah menyetir serta dan pernah berlangsung beragam kecelakaan hinga melibatkan anak-anak artis serta atis sendiri. Tetapi hadirnya Ahok juga sebagai Gubernur di Jakarta mendobrak budaya ini, semua bentuk sogok/korupsi di berantas. Ahok sudah melunturkan kebiasaan budaya di Jakarta. Maka dari itu pada sekarang ini beberapa orang Jakarta rasakan bebagai keringanan untuk mengatur surat ijin dsb, bila dahulu birokrasinya berlapis-lapis, saat ini digampangkan dengan program yang dimaksud " satu pintu ", berarti di ruang itu seluruhnya sistem dikerjakan serta mendapatkan akhirnya tanpa ada berbelit-belit. 

3. Sebahagian Jakarta populer dengan berjamurnya rumah-rumah kumuh, terkecuali sederetan rumah-rumah mewah di beberapa tempat serta Monas. Itu penyebab seandainya ada suatu photo dengan berlatar rumah kumuh, jadi dengan mudah ditebak itu yaitu photo kota Jakarta, walau sebenarnya di provinsi lain yang lebih desa serta pedalaman lagi, tetapi tempat tinggalnya tidak kumuh seperti itu. Manusia mempunyai rutinitas takut dapat pergantian, karena tidak ingin hadapi tantangan. Ahok ada di Jakarta dengan kemauan agar Jakarta harus ada pergantian, Jakarta harus tambah baik. 

Jakarta harus beralih jadi yang tambah baik serta baru yaitu tema kerja Ahok. Rumah kumuhnya dengan cara bertahap untuk setahap dirobohkan, serta penduduknya dipindahkan ke rumah susun yang selevel dengan apartement. Perabot rumah disediakan, serta masyarakat cuma pindah dengan membawa tubuh serta pakaian telah cukup. Pembayaran juga dibebaskan, hanya membayar duit listrik seharga Rp 10. 000, - satu hari serta itu bisa digunakan tujuh keturunan namun tak bisa diperjualbelikan. Ahok sudah meniadakan budaya orang Jakarta yang sukai tinggal dirumah kumuh. 

4. Masa dulu untuk bersua petinggi yang terendah saja sulit, kita dapat alami kesusahan bertemu dengan Pak Lurah. Tetapi hadirnya Ahok juga sebagai Gubernur DKI meniadakan kebiasaan ini, itu sebabnya pada masa saat ini kantor Balai Kota saja terbuka untuk seluruhnya serta komunikasi dapat pula lewat SMS dsb. Kebiasaan birokrasi kuno terhapus, serta saking ketertarikan serta bebeas ada seseorang ibu di Belanda sempat-sempatnya mengelus pipi sang Gubernur. Pertama kali di dunia...

Fakta diatas mungkin telah tidak asing untuk anda lagi, terlebih anda yang rajin serta aktif dalam media sosial. Tetapi sebagai sedih yaitu, ada beberapa orang sekarang ini mengincar jabatan Gubernur di DKI Jakarta. Sebenarnya hal semacam ini yaitu berita senang, karena ada beberapa orang terbeban bangun kota Jakarta, tetapi sebagai permasalahan satu dua orang yang akan menukar jabatan Ahok karena ada unsur kebencian, unsur melawan, unsur tidak sukai. Jadi sekali lagi bukan hanya karena mereka mempunyai hati hendak bangun Jakarta, namun karena tidak sukai saja pada Gubernur saat ini. Tidakkah tambah baik beberapa putra putri hebat yang ingin berkompetisi dengan Ahok itu berjuang untuk daerah semasing, hingga pembangunan Indonesia itu benar-benar rata. 

Jakarta tidak pernah disayembarakan seperti piala, jadi tidak perlu diperebutkan. Herannya ada saja oknum yang dengan penuh antusias berusaha merebut jabatan agar berkuasa atas Jakarta dengan maksud paling utama menggeser Ahok, bukanlah untuk bangun kota Jakarta. Tidak di ketahui mengapa ini berlangsung, namun ada kemungkinan di masa kepemimpinan Ahok sudah tutup pintu untuk mereka yang biasanya memperoleh duit masuk ke kantong pribadi, Ahok sudah menggangu zona aman mereka. Jadi untuk orang yang sekian, siapa saja yang menjabat Gubernur ngak permasalahan, asal bukan Ahok. Ini namanya orang yang meletakkan " Kebutuhan pribadi diatas kepentingan orang banyak ", nasehat untuk orang ini yaitu : Sadarlah, tobat..... 

Untuk orang Jakarta, terkecuali yang buta mereka pasti lihat hasil karya apa sajakah yang sudah ditangani oleh Ahok. Cuma egoisme yang membuat orang jadi buta matanya serta mengkritik sana-sini pada Ahok. Penulis bukanlah lahir di Jakarta, tinggal disana juga tidak terlebih mempunyai KTP Jakarta, namun dari jauh sungguh bangga serta suka apabila lihat Jakarta maju, Jakarta Besih, Jakarta Beralih. Heran sekali, mengapa ada orang Jakarta sendiri yang tinggal serta mencari makan disana tidak terasa suka dengan perubahn Jakarta seperti ini? Aneh sekali... Sesungguhnya rakyat provinsi lain diam-diam terasa iri dapat perkembangan yang diraih Jakarta meskipun belum prima. Budaya macet masih tetap saja merajarela, karena sistem penyediaan alat transportasi masal tengah dikerjakan ; jadi harus dapat berlangsung masalah tranportasi. Seandainya ada yang memprotes hal ini, biarlah anda yang bantu bangunnya dengan prasyarat tanpa ada menganggu jalan raya.? Macet itu wajar, itu tandanya kota itu hidup. Kota New York, kota besar, megah, juga macet. Sebenarnya macet itu buatan yang memprotes, kenapa anda keluar rumah, cobalah diam-diam dirumah, jadi kurangi satu mobil di jalanan. Nah, seandainya maunya tidak macet, tinggal saja di kampung ; itupun bila pada jam-jam kerja, kampungpun dapat macet. Seandainya satu hari seluruhnya telah beres jadi ditanggung, budaya macet berjam-jam sejenis ini dapat ditinggalkan atau paling sedikit dikurangi. 

Hasil kerja riil kota Jakarta jadi saksi bisu ini harusnya buka mata pada daerah-daerah sekitarnya, umpamanya kota Bogor. Dari hasil pemantauan orang-orang serta wartawan masih tetap terlihat bahwa orang-orang Bogor masih tetap belum 100% mensupport program seperti Jakarta. Sampah-sampah masih tetap berantakan di mana-mana serta ini pasti dapat adalah sumber disebabkan banjir di kota-kota lain yang lebih rendah termasuk juga Jakarta. Jadi dengan kata lain, hasil yang diraih kota Jakarta mesti diikuti kerja sama dari beberapa daerah seputar, jikalau tidak jadi sampah dari kota lain dapat jadi bumerang untuk Jakarta masa datang. Akhirnya, cuma ada satu kalimat singkat " Selamat Tinggal Budaya yang tidak baik, mari bangkit dengan Jakarta Baru 

 (Media Selasa, 22 September 2015) 

Saumiman Saud, Kontak E-mail : saumiman@gmail. com
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar:

  1. http://www.letterview.com/newsfeed/read/201508-0037/saya-tidak-mengerti-mengapa-tuhan-mengirim-ahok-bukan-muslim-pribumi-untuk-memimpin-jakarta

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus