Program pengiriman guru pesantren yang terjalin pada Indonesia dengan Jepang saat ini mencapai th. ke-12. Program ini mempunyai tujuan supaya Jepang lebih memperdalam jalinan baik dengan negara lain lewat jalur agama.
Salah seseorang ulama asal Ponorogo, Muhammad Heru, yang ikuti program ini pada th. 2012 bercerita perihal pengalamannya sepanjang sepuluh hari di Jepang ikut memperkaya khasanah Islam di Negeri Matahari terbit itu.
Tetapi menurut pandangannya, eksistensi muslim Jepang sangatlah minim serta sangatlah tak tampak.
" Keadaan muslim di Jepang sangatlah tak terlihat, lantaran mereka yang menyemarakkan masjid yaitu orang asing serta pendatang seperti dari Libya atau Aljazair, " papar Heru saat didapati waktu buka puasa berbarengan di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta Selatan, Selasa, (30/6).
" Program ini intinya menyoroti bagaimanakah kita lihat kebudayaan Jepang, pendidikan, serta keagamaan disana, " lanjutnya.
Saat disinggung tentang sebagian besar agama Jepang yang di ketahui ateis, Heru menuturkan apabila sesungguhnya orang Jepang berpedoman sebagian keyakinan.
" Bila Jepang dimaksud ateis sesungguhnya agama mereka ada tiga, terlahir juga sebagai sinto, menikah juga sebagai Kristen, serta wafat juga sebagai Buddha, hal semacam ini saya tekuni saat dialog antar pemuka agama disana, " tuturnya.
0 komentar:
Posting Komentar