Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengakui sudah menyerahkan topi serta dasi pemberian akan calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hari ini. Walau sekian, Fadli terus mengkritik perlakuan KPK terhadapnya.
Karena, dia menilainya instansi antirasuah itu pikirkan beberapa hal yang sepele masalah gratifikasi yang nilainya tidak seberapa, di banding dengan mengusut kasus-kasus praktek korupsi yang besar.
" Tidakkah KPK mempunyai masalah pemberantasan korupsi yang besar-besar. Mana kasus-kasus besar yang diakukan. Bila masalah gratifikasi itu ada batasnya, bila tidak salah Rp 10 juta. Harga topi mana ada yang diatas RP 10 juta. Di Mangga Dua paling Rp 50 ribu. Jadi KPK janganlah lebay, " kata Fadli Zon waktu dihubungi, Jumat (18/9).
Diluar itu, dia juga menyindir KPK supaya bikin museum gratifikasi. Hal semacam ini ditujukan, supaya seluruhnya barang pemberian yang di terima petinggi negara apa pun memiliki bentuk serta berapapun nilainya dapat disimpan di museum gratifikasi.
" KPK baiknya buat museum gratifikasi. Jadi beberapa barang gratifikasi dapat dipandang umum. Seperti gitar Metalica yang dihadiahkan pada Pak Jokowi juga yang lain-lain. Nah bila ada museum gratifikasi topi dapat disimpan juga di situ, " tandasnya.
Pada awal mulanya, keinginan dari KPK itu dilontarkan oleh Plt Wakil Ketua KPK, Indriyanto Seno Adji. Bahkan juga, dia menilainya sebaiknya pimpinan DPR mencontoh langkah Presiden Joko Widodo yang melaporkan pemberian gitar bass dari Metallica.
" Bila memanglah benar ada pemberian topi, baiknya dilaporkan ke kami untuk ditetapkan juga sebagai gratifikasi atau tidak, " kata Indriyanto waktu di konfirmasi, Jakarta, Selasa (15/9).
Bukanlah tanpa ada argumen KPK meminta ke-2 pimpinan legislatif itu untuk melapor. Pasalnya, laporan gratifikasi memanglah mesti dikerjakan petinggi negara.
" Seperti Jokowi berikan misal yang baik pada saat beliau melaporkan gitar pemberian dari Metallica, " pungkas dia.
0 komentar:
Posting Komentar