Untuk Membaca Selanjutnya Klik Link Dibawah:
============================================
Jalinan Indonesia dengan Malaysia kembali memanas sesudah kapal perang dari negeri jiran itu di ketahui kembali masuk perairan RI. Hal semacam itu mesti disikapi serius oleh pemerintah.
Pengamat Jalinan Internasional Kampus Padjajaran, Teuku Rezasyah, menyampaikan Indonesia harus terlebih dulu satu nada dalam menyimpulkan aksi Malaysia. Jangan sempat pada pemerintah serta legislatif dan TNI berikan pernyataan yang sama-sama berseberangan. Dengan demikian, tegas Teuku, posisi diplomasi Indonesia dapat kuat.
" Ketika kita menyampaikan, Malaysia itu tidak mematuhi atau tidak, prasyarat pertama yaitu birokrasi kita supaya satu nada. Baru kritik kita itu didengar Malaysia, " tutur Teuku Rezasyah waktu dihubungi Republika, Selasa (16/6).
Setelah itu, kata Teuku, Indonesia harus mempunyai bukti kuat berkenaan tanda-tanda pelanggaran perbatasan oleh militer Malaysia. Bukti itu dapat didapat dari photo citra satelit ketika momen itu berlangsung. Lalu diperkuat oleh catatan pantauan dari TNI AL yang berjaga di tempat.
Teuku mencontohkan, langkah sekian senantiasa digunakan Jepang untuk tunjukkan pada dunia internasional pelanggaran batas yang dikerjakan kapal-kapal Cina. Hingga Cina sendiri segan lakukan provokasi lebih jauh.
" Kita bakal malu di level dunia bila kita menyampaikan, itu yaitu pelanggaran namun kita tidak bawa bukti, " ucap Teuku.
Pada awal mulanya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko pernah menyebutkan Malaysia sudah tidak mematuhi kesepakatan batas perairan Indonesia-Malaysia di lokasi Kalimantan Utara, terlebih Ambalat. Kemelut jalinan ke-2 negara ini berlangsung untuk beberapa kalinya.
Selama 2015, dilaporkan ada sembilan kapal perang Malaysia yang masuk dengan cara ilegal ke lokasi Ambalat. Malaysia mengklaim Ambalat sisi dari lokasi mereka
0 komentar:
Posting Komentar